PENDIDIKKAN - Pernahkah Anda merasa hidup itu seperti minuman alpukat? Meskipun terdengar aneh, mari kita lihat lebih dalam tentang metafora ini.
Minuman alpukat, dengan kekentalan kriminya dan rasa manis yang lembut, memberikan rasa kenikmatan yang unik bagi yang mencicipinya. Namun, seperti hidup itu sendiri, minuman ini juga terdiri dari berbagai lapisan yang harus dipecahkan dan disatukan agar menghasilkan kesempurnaan.
Seperti alpukat yang harus dicampur dengan susu, gula, dan es batu, hidup kita juga terdiri dari berbagai unsur yang harus dijaga keseimbangannya. Keharmonisan dalam hidup sering kali terletak pada kemampuan kita untuk menyatukan berbagai aspek yang berbeda, sebagaimana alpukat yang harmonis dengan susu dan gula.
Terkadang, kita mungkin merasa terlalu banyak atau terlalu sedikit salah satu bahan dalam 'minuman' hidup kita. Namun, pada akhirnya, kita belajar untuk menghargai setiap unsur tersebut, karena tanpa salah satunya, minuman tersebut tidak akan memiliki cita rasa yang sama.
Baca juga:
Anies Baswedan di Mata Seorang Sudjono
|
Saat kita mencoba untuk mencapai keseimbangan dalam hidup, seperti mencampurkan alpukat dengan susu dan gula, kita juga harus mampu menerima perubahan yang terjadi. Kita harus fleksibel, seperti es batu yang dapat menyesuaikan diri dengan wadah yang berbeda-beda.
Namun demikian, bagaimanapun kita mencoba untuk menjaga keseimbangan, ada kalanya hidup akan terasa pahit atau manis. Seperti saat kita mencicipi alpukat yang mungkin terlalu mentah atau gula yang terlalu banyak, kita harus menerima bahwa tidak semua aspek dalam hidup akan sempurna.
Namun, seperti minuman alpukat yang tetap menggoda meskipun tidak sempurna, hidup juga tetap menawarkan kenikmatan dan keindahan, meskipun terkadang tidak sesuai dengan harapan kita.
Jadi, mari kita pandang hidup ini seperti minuman alpukat. Mari kita pelajari untuk mencampur dan menyatukan berbagai aspeknya dengan bijaksana, menerima keseimbangan dan ketidaksempurnaan, namun tetap menikmati setiap tegukan yang diberikan kepad kita. Sebab pada akhirnya, hidup ini adalah sebuah perjalanan yang terus bergerak, seperti es batu yang selalu mencair, tapi selalu memberikan kesegaran.
Mesuji, Kedai Tanpa Nama, 28 Maret 2024
Udin Komarudin
Ketua DPD. Jurnalis Nasional Indonesia